peran guru dalam membentuk karakter bangsa

       PERAN GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Oleh : Andy Santana

  1. PENDAHULUAN

Pada hakikatnya, manusia memiliki kemampuan untuk meningkatkan kehidupannya, baik untuk meningkatkan pengetahuan, maupun untuk mengembangkan kepribadian dan keterampilannya. Untuk meningkatkan kehidupannya itu, manusia akan selalu berusaha mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Usaha itu disebut dengan pendidikan. Dalam GBHN 1973, dikemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun diluar sekolah.

Pendidikan lebih idealnya didapatkan dalam keluarga, karena lingkungan pertama yang didapati oleh anak setelah lahir adalah lingkungan keluarga. Dalam masa tumbuh kembang anak, peran keluarga sangat menentukan keberhasilan anak dalam meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya, baik kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan maupun kemampuan untuk mengembangkan kepribadian. Namun, pendidikan keluarga saja tidak cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan luar keluarga juga dibutuhkan dalam meningkatkan kemampuan tersebut, salah satunya adalah pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan salah satu sarana untuk membantu keluarga dalam meningkatkan kemampuan yang ada pada anak. Salah satu unsur terpenting dari pendidikan di sekolah adalah adanya pendidik atau guru.

Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peran guru dari segi ilmu adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Dengan adanya peran tersebut, guru harus memiliki wawasan kependidikan yang luas.

  1. PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Pembentukan karakter anak memang semestinya dilakukan oleh orang tua. Namun, ketika anak berada di sekolah, maka yang menjadi orang tua anak adalah guru. Sehubungan dengan perannya sebagai pembentuk karakter anak di sekolah, maka guru dituntut untuk sungguh-sungguh menjalankan peran tersebut, karena salah membentuk karakter anak akan berakibat fatal bagi kehidupan anak. Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa guru adalah orang tua kedua dari peserta didik, sehingga ketika peserta didik jauh dari orang tuanya, peserta didik masih mendapat bimbingan dari guru seperti halnya mereka dapatkan dari orang tua.

Pendidikan pancasila dapat dijadikan sebagai sarana dalam pembentukan karakter peserta didik, karena pancasila mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Peserta didik yang pada hakikatnya adalah warga negara Indonesia. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila sehingga terciptalah generasi bangsa yang cerdas dan bermoral.

Ada beberapa hal yang harus diupayakan oleh guru dalam pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai pancasila, antara lain sebagai berikut:

  • Memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan peserta didik.
  • Membiasakan peserta didik untuk berprilaku baik.
  • Menanamkan nilai persatuan kepada peserta didik.
  • Menanamkan sikap toleransi dan tenggang rasa.
  • Membiasakan untuk bermusyawarah dalam menyelasaikan masalah.
  • Menumbuhkan sikap jujur, adil, dan bertanggung jawab kepada peserta didik.
  1. PENDIDIKAN KARAKTER TIDAK HANYA TANGGUNG JAWAB GURU

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak. Keluarga merupakan dunia anak pertama, yang memberikan sumbangan mental dan fisik terhadap hidupnya. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengenal dirinya dan orang tuanya melainkan juga mengenal kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.

Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan peletak dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan berperan selama berlangsungnya kehidupan.

Ketika anak sudah melepas masa balitanya, anak tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarganya. Namun, anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungannya. Pada masa itu, orang tua sudah menyerahkannya kepada sekolah. Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga sosialisasi kedua setelah orang tua, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya.

Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat juga membawa pengaruh pada pembentukan karakter anak. Karakter baik yang sudah ditanamkan oleh orang tua dan guru akan rusak, jika anak masuk ke lingkungan masyarakat yang tidak baik dan tidak sehat. Sebaliknya, jika anak berada pada lingkungan masyarakat yang sehat, maka hal itu akan mendorong pembentukan karakter baik pada anak.

 

  1. GURU MEMEGANG PERANAN DALAM MEMBENTUK WATAK BANGSA

Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan.

Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian (Depdiknas, 2005).

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:

  • Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  • Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
  • Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)

 

Begitu pentingnya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar.

Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.

Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar.

Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar.

 

  1. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pasca meninggalnya nabi Muhammad SAW pada zaman bani Abassiyah, ilmu sangat tinggi nilai dan harganya sehingga ketika para ilmuwan membuat blue print dalam bentuk buku, buku itu ditimbang beratnya dan dihargai atau diganti dengan emas seberat buku tersebut oleh raja. Sehingga pada zaman bani Abassiyah masyarakat pun berlomba-lomba dalam menggali ilmu pengetahuan dan islam sangat maju pesat.

Berbanding terbalik dengan realitas pada negara kita saat ini dimana masyarakat sangat sedikit untuk berkarya nyata dalam akademis. Ntah apa yang menjadi problematikanya, tapi ditelisik lebih dalam bahwasannya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sangat tinggi harganya, sehingga masyarakat yang mayoritas berpenghasilan menengah kebawah tidak mampu mengenyam pendidikan.

Jadi hanya masyarakat kelas atas saja yang dapat menikmati pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi. Tidak sedikit ditemukan anak-anak yang putus sekolah karena tidak adanya biaya dari keluarga karena “untuk makan pun kurang”, kata orang tua anak-anak tersebut.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi yakni “Afdhalunnas ilmu’minu l’alimulladzi inihtija ilaihi nafa’a wa inistaghna ‘anhu aghna nafsahu ; Seutama-utama manusia adalah orang mukmin yang alim (berilmu) yang jika ia dibutuhkan maka ia bermanfaat, dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia mencukupkan diri” Inilah seharusnya yang menjadi konsentrasi para pemimpin kita sekarang yang bukan hanya sebagai hegemoni (mau menang sendiri) untuk menumpuk harta pribadi melainkan hendaknya para pemimpin sebagai decision maker untuk menumpuk asset negara kedepannya dengan investasi sumber daya manusia (SDM) yang setinggi-tingginya agar bangsa yang dicita-citakan dapat terwujud sesuai falsafah yang terdiktum dalam Preambule Undang – Undang Dasar 1945 (UUD ’45) yaitu “Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

Ada sebuah kalimat hikmah, “man yazra’ wa huwa yahsud”, artinya siapa yang menanam, dialah yang akan memanen. Jika kita menginginkan kebaikan bagi diri kita, maka mulailah dari diri kita untuk menebarkan kebaikan kepada orang lain.

 

  1. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan saja tanggung jawab perorangan, tapi tanggung jawab bersama antara orang tua,guru,dan masyarakat.

Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, pernyataan ini menunjukkan bahwa jasa seorang guru sangatlah besar dalam mendidik dan mengajar peserta didik agar menjadi generasi yang cerdas dan berkarakter. Guru harus memikul tanggung jawab besar dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan menciptakan generasi penerus yang dapat memajukan kehidupan bangsa.

Tanggung jawab yang besar dari seorang guru hendaklah dibalas dengan penghargaan yang besar pula karena memikul tanggung jawab dan amanah yang besar merupakan suatu hal yang sulit dijalani. Ibarat memikul karung beras yang beratnya sekian kilogram, sering kali pundak merasakan sakit yang luar biasa, namun demi hajat orang banyak, seberat apapun beban di pundak akan diusahakan agar sampai ke tempat tujuan.

Begitu pula halnya guru, tanggung jawab yang demikian berat harus dipikulnya demi kepentingan orang banyak dan demi terwujudnya tujuan dan cita-cita bangsa. Penghargaan besar hendaklah diberikan kepada para guru yang berjuang untuk kesejahteraan negeri. Penghargaan terhadap guru merupakan wujud dari penghargaan terhadap negri karena jasa guru dapat menciptakan generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Sucu Aldila Putri, 22 oktober 2012 Peran guru dalam pembentukan karakter bansa.  http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/22/peran-guru-dalam-membentuk-karakter-anak-bangsa-502849.html. Diambil pada tanggal 31 Desember 2012 pukul 15.00 WIB.

Emha, 14 februaur 2012 pendidikan berkarakter  bangsa. http://emha91.blogspot.com/2012/02/peranan-guru-dalam-membangun-karakter.html. Diambil pada tanggal 31 Desember 2012 pukul 15.00 WIB

Minlombok, 3 maret 2012 Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Bangsa http://minlombokkulon.blogspot.com/2012/03/guru-memegang-peranan-yang-sangat.html. Diambil pada tanggal 31 Desember 2012 pukul 15.00 WIB

 


Tinggalkan komentar