Seminar

MENJADI WIRAUSAHA SUKSES

Oleh : Andy Santana

 

  1. PENDAHULUAN
  2. Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang seorang wirausaha dapat dikatakan sebagai pahlawan ekonomi. Dengan kemampuannya melihat peluang bisnis, seorang wirausaha mampu mengubah sumber daya yang tidak dilirik dan diperhitungkan orang lain menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis bagi dirinya , keluarga ,dan masyarakat sekitar. Wirausaha memiliki semangat pantang menyerah. kegagalan merupakan sukses yang tertunda bagi seorang wirausaha sukses. Bagi seorang yang memiliki spirit kewirausahaan tinggi , 1001 jenis peluang berwirausaha terbuka bagi dirinya. Nilai ibadah bagi seorang wirausaha adalah keinginannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain, dibandingkan hanya menjadi pegawai di suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Dalam dunia kewirausahaan ada juga seseorang yang bekerja sebagai karyawan , namun tidak puas dengan gaji yang diterima setiap bulannya ,berusaha untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan jalan membuka usaha.orang-orang yang memilih wirausaha sebagai pilihan hidup turut membantu pemerintah membangun perekonomian nasional.

Pengembangan kewirausahaan di tanah air tidak sepesat yang terjadi di negara-negara maju. Hal ini dibuktikan dengan minimnya jumlah wirausaha di negara kita yang hanya 0.18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia saat ini. Padahal untuk perekonomian yang kuat dibutuhkan lebih dari 2,5 persen dari total penduduk suatu negara. Wirausaha mampu membangkitkan perekonomian karena menyediakan lapangan pekerjaan, mengatasi kemiskina ,kontribusi pajak kepada pemerintah ,dan meningkatkan daya saing bangsa. Berdasarkan hasil sensus Ekonomi tahun 2006 yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik, jumlah pelaku usaha di Indonesia tercatat sebanyak 22.737.314 unit. Dari angka terseut ,hanya 44.038 unit yang merupakan usaha berskala besar ,sedangkan 152.789 unit adalah usaha skala menengah. Sisanya didominasi usaha skala mikro sebesar 18.933.701 unit dan usaha skala kecil sejumlah 3.594.254 unit usaha. Hingga tahun 2007 ,dari sisi penyerapan tenaga kerja ,usaha besar menyerap 5.074.934 tenaga kerja (tumbuh 0.23% dibandingkan tahun 2005), sedangkan usaha menengah sebanyak 4.720.005 tenaga kerja. Usaha mikro menyediakan lapangan pekerjaan bagi 77.061.669 tenaga kerja dan usaha kecil sebanyak 7.416.417 tenaga kerja. Fakta demikian tentu sangat membanttu perekonomian bangsa ini ,khususnya untuk mengatasi tingginya angka penggangguran yang hingga tahun 2009 tercatat sebesar 8.39 persen dari total angkatan kerja. (Bisnis Indonesia, Arah Bisnis & Politik 2009. Jakarta: Bisnis Indonesia, 2009, p. 85)

Data statistik sebagaimana dipaparkan diatas secara akumulatif menunjukkan minimnya jumlah wirausaha di tanah air ini. Berdasrkan paparan data tersebut maka saya tertarik untuk membuat makalah seminar dengan judul : “MENJADI WIRAUSAHA SUKSES”.

 

  1. Perumusan Masalah
  2. Aspek apa yang melatarbelakangi rendahnya jumlah wirausaha di Indonesia ?
  3. Alasan apa orang lebih memilih profesi sebagai pekerja di bandingkan berwirausaha?
  4. Faktor apa yang sering menjadi sebab kegagalan dalam berwirausaha ?
  5. Bagaimana mengembangkan sikap dan mental dalam berwirausaha ?

 

 

  1. Tujuan Penelitian
  2. Untuk mengetahui aspek apa yang melatarbelakangi rendahnya jumlah wirausaha di Indonesia
  3. Untuk mengetahui alasan orang lebih memilih profesi sebagai pekerja dibandingkan wirausaha
  4. Untuk mengetahui faktor yang menjadi sebab kegagalan dalam berwirausaha
  5. Untuk mengetahui cara mengembangkan sikap dan mental dalam berwirausaha

 

  1. Metode Penelitian

Penulis dalam pembuatan makalah seminar ini menggunakan metode studi pustaka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. KAJIAN TEORI
  2. Wirausaha

Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari kata “wira” yang artinya gagah berani, perkasa dan kata “usaha”, sehingga secara harfiah wirausahawan diartikan sebagai orang yang gagah berani atau perkasa dalam berusaha  (Riyanti,  2003).  Wirausaha  atau  wiraswasta  menurut  Priyono  dan Soerata (2005) berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau  pejuang;  “swa”  berarti  sendiri;  dan  kata  ”sta”  berarti  berdiri.  Dari  asal katanya  “swasta”  berarti  berdiri  di  atas  kaki  sendiri  atau  berdiri  di  atas kemampuan sendiri. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa wirausahawan atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau kewiraswastaan seperti: keberanian mengambil resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.

Hisrich dan Brush (dalam Winardi, 2003) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk menanggung resiko finansial, psikologikal serta sosial dan menerima hasil-hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi sebagai dampak dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah semangat, kemampuan dan perilaku individu yang berani menanggung resiko, baik itu resiko finansial, psikologikal, maupun sosial dalam melakukan suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu  yang  berbeda  dari  yang  sudah  ada  (inovasi)  dengan  menerima  hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi.

 

  1. SAJIAN DATA

Pertumbuhan wirausaha merupakan salah satu indikasi dari membaiknya perkembangan sosial ekonomi suatu bangsa. Bahkan, tingkat daya saing sebuah negara dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah wirausahanya.

Jumlah wirausaha di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan jumlah wirausaha di negara luar. Jumlah wirausaha di Indonesia hanya sekitar 0,24 persen dari jumlah penduduk di Indonesia yang jsekitar 238 juta jiwa. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara luar yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi. Jumlah wirausaha di luar negeri, seperti Amerika Serikat yang merupakan negara maju di dunia, mencapai sekitar 11 persen. Jumlah wirausaha di Singapura juga tinggi, mencapai 7 persen, dan di Malaysia mencapai 5 persen.

Menurut data dari BKD (Badan Kepegawaian Daerah), jumlah pegawai saat ini sekitar 7.663.570 orang yang terdiri dari PNS 4.700.000 orang, guru dan dosen sekitar 2.000.000, TNI sekitar 464.000, Polri sekitar 412.000. Seperti yang kita ketahui saat ini  pertumbuhan penduduk setiap tahunnya melonjak meningkat dan lapangan kerja yang sedikit menyebabkan banyaknya pengangguran di Indonesia. Selain itu Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) semakin berkurang juga makin membuat melarat rakyat Indonesia. Sehingga pengangguran di Indonesia setiap tahunnya semakin bertambah pada tahun jumlahnya hampir 8,32 juta orang atau 7,14%.

Penduduk Indonesia sekarang berjumlah 237,8 juta orang, adapun angkatan kerja sebanyak 1165 juta orang. Artinya orang yang bekerja berjumlah 108,2 juta. Sisanya yang belum bekerja sekitar 8,32 juta orang, itulah pengangguran. Dengan banyaknya pengangguran di Indonesia, maka tingkat kriminalitas akan meningkat. Karena semua orang ingin bertahan hidup. Di Indonesia sendiri jumlah wirausahawan adalah sebesar 19,3% dari jumlah total penduduk dewasa.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional/Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.

 

  1. ANALISIS DATA

Dari uraian data diatas dapat mengetahui bahwa banyaknya pengangguran di Indonesia, maka tingkat kriminalitas akan meningkat. Karena semua orang ingin bertahan hidup. Jangankan pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan atau belum mendapat pekerjaan, bahkan pejabat-pejabat tinggi yang kita ketahui sudah mempunyai kursi yang layak, fasilitas serta gaji yang mencukupi, masih bisa melakukan tindak kriminal seperti tindak pidana pencurian uang negara atau korupsi yang sangat amat merugikan uang negara. Karena masalah-masalah tersebut diatas dan ada batas penerimaan pegawai negri, maka sumber potensi yang bisa mengurangi pengangguran adalah menjadi profesional di berbagai organisasi dan perusahaan swasta. Misalnya di sektor pertanian, industri, bidang jasa.

Ruang lain yang terbuka bagi penganggur adalah menjadi pekerja pembangunan infrastruktur jalan, bandara, pelabuhan, perumahan, pembangkit listrik. Potensi terakhir dan sangat membantu menyerap tenaga kerja baru adalah wirausaha. Maka di butuhkanlah adanya seorang wirausahawan, dengan adanya 1 wirausahawan di Indonesia maka akan mengurangi sedikit dari 8,32 juta orang itu bagaimana jika tenaga kerja swasta atau wirausaha dan tenaga kerja negri bisa seimbang tidak heran jika suatu saat Indonesia dapat mengatasi masalah pengangguran di negaranya.

  1. PEMBAHASAN
  2. Aspek yang melatarbelakangi rendahnya jumlah wirausaha di Indonesia :
  3. Aspek Sosial Budaya

Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa menjadi pegawai lebih tinggi derajatnya dari pada wirausahawan. Persepsi demikian merupakan warisan kolonial karena pada masa itu pribumi yang menjadi pegawai jumlahnya sangat terbatas. Keterbatasan inilah yang kemudian memposisikan pegawai pribumi menempati posisi tinggi dalam struktur sosial masyarakat. Warisan ini berlanjut hingga sekarang, bila kita amati konsep orang tua mendidik anaknya. Dalam mendidik anak ,kebanyakan orang tua selalu mengharapkan anaknya mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah atau perguruan tinggi yang baik dan akhirnya mendapat pekerjaan serta penghasilan yang baik pula. Jarang kita temui orang tua yang mengarahkan masa depan anaknya untuk menjadi wirausaha ,karena menganggap wirausaha tidak lebih dari seorang “pedagang” . ada rasa malu bagi orang tua jika anaknya memilih profesi sebagai pedagang.

  1. Aspek Politik

Pada ranah politik ,belum banyak kebijakan-kebijakan politik yang mengarahkan bertumbuhkembangnya kewirausahaan di tanah air. Dalam sistem perpolitikan ,bangsa ini masih disibukkan dengan belajar bagaimana menata sistem demokrasi, sehingga melupakan penataan sistem perekonomian. Sistem perpolitikan kita masih melupakan konsep bhawa masyarakat demkratis tidak akan tercipta dalam masyarakat yang belum sejahtera secara ekonomi. Kebijakan penataan sistem demokrasi harus seiring dan sejalan dengan penataan sistem ekonomi.

  1. Aspek Ekonomi

Kebijakan ekonomi yang dilansir pemerintah belum sepenuhnya menstimulasi perkembangan kewirausahaan di tanah air. Kebijakan membuka kran impor suatu produk seringkali merugikan para pengusaha nasional karena harga produk mereka kalah bersaing dibandingkan produk impor. Belum ada mekananisme dan kebijakan yang ideal untuk melindungi produk nasional terutama untuk mengantisipasi berbagai perjanjian perdagangan bebas mengingat indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 338 juta jiwa, negara kita merupakan pasar yang sangat potensial bagi pelemparan produk-produk negara asing. Ketidakberdayaan pemerintah dalam membentengi diri terhadap serangan produk asing tersebut, menyebabkan tidak ada insentif bagi kemunculan wirausaha-wirausaha baru.

 

  1. Aspek Teknologi

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebenarnya memberikan peluang munculnya wirausaha baru. Booming internet dapat dimanfaatkan sebagai ajang untuk membuka usaha atau bisnis. Namun ,tingkat literasi yang rendah terhadap teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan potensi ini belum dimanfaatkan sebagai peluang usaha secara optimal. Masyarakat kita masih tergolong pemakai teknologi belum sebagai pencipta. Muncullah tren e-commerce, transaksi elektronik,virtual mall, e-marketing sepertinya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh masyarakat kita. Hal ini dapat dimaklumi karena kebiasaan bertransaksi masyarakat kita masih menggunakan metode konvensional – cash atau tunai. Kebiasaan bertransaksi model konvensional tersebut menyebabkan peluang berwirausaha dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi belum tergarap maksimal.

 

  1. Alasan seseorang lebih memilih profesi sebagai pekerja di bandingkan berwirausaha :
  2. Ketidakberanian mengambil resiko
  3. Tidak punya cukup uang untuk modal usaha
  4. Tidak punya bakat dagang dan kemampuan menjual
  5. Tidak memiliki pengetahuan bagaimana mengelola  keuangan usaha

 

  1. faktor yang menjadi sebab kegagalan dalam berwirausaha :
  2. Ketidakmampuan Manajemen
  3. Kurang Pengalaman
  4. Pengendalian keuangan yang buruk
  5. Lemahnya usaha pemasaran
  6. Pertumbuhan tak terkendali
  7. Lokasi yang buruk
  8. Pengendalian persediaan yang tidak tepat
  9. Penetapan harga yang tidak tepat

 

  1. Cara mengembangkan sikap dan mental dalam berwirausaha :
  2. Bersikap positif terhadap pekerjaan
  3. Menyempatkan diri untuk merenungkan kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan
  4. Kembangkan rasa humor
  5. Pusatkan pikiran untuk menyelesaikan berbagai masalah
  6. Bergaulah dengan orang-orang yang berpikir positif dan berprofesi sebagai wirausaha
  7. Menjauhi pikiran dan ide-ide negatif
  8. Harus selalu awas terhadap peluang-peluang untuk memperbaiki keadaan baik dalam kehidupan pribadi ,kehidupan kerja maupun dalam kehidupan masyarakat
  9. Jangan takut meninggalkan suatu ide
  10. Percayalah pada diri dan bakat yang dimiliki
  11. Mengetahui cara menemukan kepuasan dan bangga akan pekerjaan serta prestasinya

 

  1. KESIMPULAN

Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Kewirausahaan memiliki peranan penting untuk menjadikan masyarakat lebih kreatif dan mandiri. Di Indonesia sendiri jumlah wirausahawan adalah sebesar 19,3% dari jumlah total penduduk dewasa. Dengan adanya kewirausahaan masyarakat dapat mempunyai kemampuan untuk  menciptakan dan menyediakan produk yang bernilai tambah atau inovasi-inovasi yang baru sehingga dapat menjadikan masyarakat lebih kreatif dalam menyampaikan ide-ide dan kreasinya, mereka bisa menciptakan barang yang dirasa perlu dan penting untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri sehingga tidak perlu mengimpor dari luar negeri.

Pemerintah Indonesia melihat upaya-upaya pengembangan SDM ini mampu menekan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Bibit-bibit wirausaha ini mendorong terciptanya sumber-sumber pekerjaan baru.

Selain itu, pemerintah mulai giat juga mendorong pertumbuhan kewirausahaan khususnya melalui program-program yang dibuat oleh kementrian Koperasi dan UKM. Belakangan ini, pembahasan mengenai kewirausahaan makin marak terutama karena banyak wirausaha-wirausaha sukses ikut berusaha untuk berpartisipasi dalam bentuk pendidikan maupun mentoring langsung ke calon wirausaha. Bisa diperhatikan kiprah dari Ciputra, Bob Sadino, Sandiaga Uno, dan lainnya yang memang sudah terkenal dalam keberhasilannya membangun bisnis.

Kemajuan Internet dan terbentuknya komunitas-komunitas wirausaha juga turut memberikan dampak pada perkembangan kewirausahaan di Indonesia. Komunitas seperti Tangan di Atas (TDA), Indonesia Young Entrepreneur (IYE), atau komunitas yang terbentuk dari Forum Internet seperti Kaskus Entrepreneur Corner (EC) serta komunitas wirausaha dengan industri spesifik misalkan Forum Web Anak Bandung (FOWAB) yang merupakan wadah kumpul-kumpul pelaku IT.

Peran media dan lembaga-lembaga terkait pun tak kalah penting. Kerjasama media dalam kegiatan-kegiatan penghargaan, ekspo, pameran bagi wirausaha membuat topik ini menjadi selalu hangat sepanjang tahun. Perusahaan Konsultan Manajemen sekelas Earns & Young (EY) misalnya setiap tahun selalu memberikan penghargaan EY Entrepreneurs of The Year kepada wirausaha yang dinilai berhasil dalam bidangnya. Ditambah lagi dengan beragam penghargaan lain yang diberikan baik oleh pemerintah secara langsung memberikan daya ungkit yang terus mengangkat kemajuan kewirausahaan di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Badan Pusat Statistik. (2011). Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk    2011.   Buku I. Jakarta: BPS.

Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nanga, Muana. (2005). Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23570/3/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 15 Mei 2014 Jam 19.45 WIB

Alma, Buchori,Dr. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Edisi Revisi

Bisnis Indonesia, Arah Bisnis & Politik 2009. Jakarta: Bisnis Indonesia, 2009, p. 85

Hakim, Rusman. 1998. Dengan wirausaha menepis krisis ,konsep membangun masyarakat entrepeneur Indonesia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Fadiati, Ari. 2011. Menjadi Wirausaha Sukses. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Dinsi, Valentino, SE,MM,MBA, dkk. 2004. Jangan mau seumur Hidup Jadi Orang Gajian, Mau Lebih Kaya Dengan Bisnis Sendiri? Ikuti Langkah Mereka ! . Jakarta : Let’s Go Indonesia

Drucker, Peter F. 2006. Inovasi dan Kewirausahaan, praktek dan Dasar-Dasar . Jakarta: Erlangga

 

 


Tinggalkan komentar